Jakarta, Suararealitas.co – Sejumlah eksponen Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dari empat unsur fusi Islam tahun 1973 (NU, Parmusi, Syarikat Islam, dan Perti) menggelar pertemuan bertajuk “Poros Tengah adalah Penentu” di kediaman almarhum Rusli Halil, salah satu pendiri PPP, di Jalan Gereja No. 24, Cilandak Barat, Jakarta Selatan, Selasa (30/9/2026).
Pertemuan tersebut dihadiri calon Ketua Umum PPP, Prof. Dr. KH. Husnan Bey Fananie, serta sejumlah tokoh senior partai. Agenda ini digelar sebagai tanggapan atas dinamika dan polemik yang mengiringi Muktamar X PPP.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dalam pernyataan yang dibacakan, eksponen fusi menekankan pentingnya mengembalikan PPP pada hittah 1973 sebagai rumah besar umat Islam. Mereka menilai partai mengalami krisis kepemimpinan akibat konflik internal dan perebutan posisi, sehingga berpotensi menjauh dari semangat awal persatuan.
“PPP lahir dari penyatuan empat kekuatan Islam. Partai ini adalah rumah besar umat, bukan milik segelintir elit,” demikian salah satu pernyataan yang disampaikan dalam forum.
Eksponen juga menyerukan agar pelaksanaan Muktamar X yang dinilai bermasalah dikaji ulang, bahkan mendesak agar muktamar ulang dapat dilaksanakan sebelum 2025 berakhir. Momentum muktamar, menurut mereka, semestinya menjadi sarana konsolidasi, bukan pertarungan kepentingan sesaat.
Selain itu, mereka meminta pemerintah, khususnya Presiden Prabowo Subianto sebagai pembina politik nasional, untuk memberi perhatian dan solusi agar konflik internal PPP tidak semakin berlarut.
Pertemuan ditutup dengan doa bersama dan penegasan komitmen menjaga PPP sebagai kekuatan moral politik bangsa dan saluran aspirasi umat Islam di Indonesia.




































