Jakarta, Suararealitas.co – Gerakan pengendalian tembakau di Indonesia memasuki babak baru. Para pemimpin muda yang tergabung dalam Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) menyatakan komitmen memperkuat advokasi pelarangan total iklan, promosi, dan sponsor rokok (Total TAPS Ban) melalui forum Tobacco Control Leadership with Young Leaders di Jakarta, Sabtu (25/10/2025).
Kegiatan ini dihadiri berbagai komunitas, pegiat kesehatan, serta akademisi yang aktif dalam advokasi kebijakan publik. Forum tersebut menjadi ajang konsolidasi lintas generasi untuk memperkuat kesadaran kolektif tentang bahaya tembakau bagi kesehatan dan masa depan bangsa.
dr. Benget Saragih, M.Epid, Penanggung Jawab PPAT Direktorat P2PTM Kementerian Kesehatan RI, mengingatkan bahwa industri rokok kerap menggunakan strategi pemasaran yang menargetkan anak muda.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Saya mantan perokok, dan tahu betul bagaimana industri membungkus produk mereka dengan tampilan dan rasa yang menarik. Ini strategi halus untuk menjaring perokok pemula,” ujarnya.

Ia menyoroti kemunculan kemasan rokok dengan aroma buah seperti stroberi dan mangga yang dinilai memperkuat epidemi merokok di kalangan remaja. Data yang dipaparkan menunjukkan lebih dari 60 persen pelajar SMP dan SMA di Indonesia masih terpapar iklan rokok, baik melalui media sosial maupun reklame di sekitar sekolah. Di sisi lain, pelaksanaan kebijakan kawasan tanpa rokok (KTR) di daerah masih belum optimal.
Ketua Bidang Perkaderan PP IPM, Ganis K. Nisa, menilai gerakan pengendalian tembakau tidak bisa berhenti di level kampanye moral.
“Pemimpin muda harus berani menolak narasi industri yang mengglorifikasi rokok sebagai simbol gaya hidup. Kita perlu strategi konkret dan pendekatan yang dekat dengan dunia anak muda,” ujarnya.
Melalui workshop advocacy mapping, peserta merumuskan strategi aksi berbasis metode SMART yang meliputi: Advokasi kebijakan daerah untuk memperkuat peraturan KTR dan Total TAPS Ban, Kampanye kreatif digital yang mengedukasi bahaya rokok dengan narasi positif, Kolaborasi lintas komunitas antara pelajar, mahasiswa, dan tenaga kesehatan.
Ketua Umum PB Matahari Pagi, Sutia Budi, S.E., M.Si, menyebut langkah IPM ini sebagai tonggak penting bagi partisipasi generasi muda dalam isu kesehatan masyarakat.
“Isu tembakau bukan hanya soal kesehatan, tetapi juga keadilan sosial dan perlindungan hak anak,” tegasnya.
Forum diakhiri dengan deklarasi “Young Leaders for Tobacco-Free Generation” sebagai bentuk komitmen kolektif anak muda dalam melawan normalisasi rokok di ruang publik.
Ke depan, IPM menargetkan pembentukan 1.000 kader muda pengendalian tembakau di sepuluh kota besar pada tahun 2026, dengan pelatihan di bidang advokasi, komunikasi publik, dan kampanye kreatif.
Gerakan ini menunjukkan pergeseran kepemimpinan dalam advokasi kesehatan: dari dominasi lembaga formal menuju partisipasi generasi muda yang lebih adaptif terhadap perubahan sosial dan teknologi.



































