Kisah Pilu Mang Asep, Tidak Memiliki Akses Jalan ke Rumahnya Dibalik Pembangunan RSU Tigaraksa

- Jurnalis

Rabu, 23 Maret 2022 - 23:47 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

 

Kisah Pilu Mang Asep, Tidak Memiliki Akses Jalan ke Rumahnya Dibalik Pembangunan RSU Tigaraksa

Tangerang – Akses jalan menjadi sesuatu yang penting bagi warga dalam melakukan aktivitas kesehariannya, supaya mereka dapat leluasa keluar masuk rumah untuk melakukan kegiatannya tanpa ada gangguan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Namun, beberapa warga harus mengalami kejadian tidak menyenangkan, karena akses jalan menuju rumahnya ditutup. Penyebabnya bervariasi, ada yang ditutup lantaran konflik pribadi antar tetangga, dan ada pula karena tanah yang menjadi akses yang akan dibangun Rumah Sakit Umum Tigaraksa.

Kisah ini terjadi pada seorang pekerja buruh serabutan, dan kuli bangunan, diusianya yang mulai menua. Mang Asep (52), hanya bisa meratapi nasib saat satu-satunya akses jalan menuju ke rumahnya di blokade. 

Bahkan, tidak disisakan jalan untuk berjalan kaki, dan bahkan disamping rumahnya terdapat makam keluarga, yang akses jalannya pun ditutup oleh pihak pemborong. Kabar ini pun sempat membuat heboh warga Kelurahan Tigaraksa, Kecamatan Tigaraksa, Kabupaten Tangerang, Rabu, (23/3/2022).

Mang Asep mengatakan, akses jalan itu sebenarnya sudah ada dari dulu. Jalan itu yang setiap hari digunakan untuk masuk, dan keluar rumah. Namun, tiba-tiba pemborong menutup akses jalan tersebut, meski sebelumnya tidak ada masalah. 

Sebenarnya, kami pernah melakukan inisiasi membicarakan akses jalan tersebut!kepada pihak pemborong, dengan niat, agar bisa membayar tanah namun, karena pemborong mematok harga terlalu murah, dan saya pun tidak bisa menjualnya.

“Saya mau, harga tanah saya dibayar dengan harga yang sesuai dengan keinginan saya, karena saya menjual tanah untuk membeli tanah kembali, dan membangun rumah tempat tinggal saya, untuk berteduh, dan istirahat bersama keluarga saya. Namun, mereka mematok harga bisnis, kita tidak mampu membayarnya, padahal kita minta dengan harga yang sewajarnya,” ungkap Mang Asep kepada wartawan.

Kemudian, kasus ini sudah dilakukan mediasi hingga beberapa kali, namun tidak menemukan solusi. Kepala Kelurahan Tigaraksa juga pernah berkoordinasi dengan pemborong, untuk tidak melakukan penutupan jalan tersebut. Bahkan, pemilik rumah pernah memohon kepada pemborong tanah untuk bisa diberikan akses jalan, tapi sampai saat ini tidak diberikan.

Baca Juga :  Tutup Dikreg LXII Seskoad, Kasad: Jadi Pemimpin yang Dicintai dan Menebar Kebaikan kepada Anak Buah dan Masyarakat

Perlu diketahui, Mang Asep seorang pria lanjut usia yang tinggal bersama istri, anak, dan kakanya, sangat berharap bisa memiliki akses jalan yang bisa dilalui untuk berjalan kaki, namun sampai dengan hari ini, tidak ada akses jalan yang bisa dilalui.

Dirinya juga bercerita, bahwa akses jalan satu-satunya untuk keluar dari rumahnya sangat sulit, karena harus melewati pohon bambu, dan juga makam keluarga, serta ada akses jalan di depan rumahnya yang bisa dilalui, namun bilamana hujan, akan ada genangan air, dan lumpur. Karena dalam proses pembangunan pemerataan tanah, dan bahkan sangat tidak bisa dilalui oleh kendaraan bermotor ataupun pejalan kaki, karena akses jalan yang tidak memadai.

Mang Asep juga menambahkan, segala upaya telah dilakukan agar akses jalan ke rumahnya tak ditutup. Misalnya, bertemu RT, RW, Lurah, juga perwakilan pemborong, namun tak membuahkan hasil. Mang Asep bahkan pernah datang bertemu dengan salah satu pengusaha, bapak (WL) namun, pihak pengusaha menawar tanah saya dengan harga yang sangat murah, dan tidak sesuai dengan yang di harapkan.

Dirinya sangat berharap kepada Pemerintah Daerah yang akan membangun Rumah Sakit Umum (RSU) Tigaraksa, agar memperhatikan rumahnya, supaya bisa memiliki akses jalan yang bisa dilalui berjalan kaki atau bahkan untuk lewat sepeda. 

“Saya sangat berharap, meminta, serta memohon kepada pihak Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang, dinas terkait, dan pemborong agar memperhatikan nasib, dan kisah pilu yang saya alami sudah berbulan-bulan ini, dan dari pertama kali tinggal di Kampung Pabuaran sampai ada proses tahapan pembangunan RSU Tigaraksa ini, tidak meminta apa-apa atau bahkan yang aneh-aneh. Saya cuma minta tanah yang saya punya dibayar dengan harga sewajarnya, dan tidak menutup akses jalan menuju rumah saya,” harapnya sambil pilu.

Baca Juga :  Penertiban Bangli di Sepanjang Jalan Raya Bojongrenged-Kosambi Bisa Jadi Jalan Alternatif, Ini Penjelasan Camat Dadang

Sementara itu, Lurah Tigaraksa H.Rama membenarkan bahwa Mang Asep adalah warga Kampung Pabuaran, RT.02 RW.02 Kelurahan Tigaraksa, Kecamatan Tigaraksa, Kabupaten Tangerang yang memang betul akses jalan menuju rumahnya ditutup, dan tidak diberi jalan oleh pihak pemborong, karena akan dibangunnya proses tahapan pemertaan tanah (cut dan fill).

“Saya sudah mendapatkan informasinya langsung dari bapak Ketua RT, dan Ketua RW, dan sudah kami panggil juga pihak pemborongnya, serta sudah kami sampaikan apa yang menjadi permasalahan yang sebenarnya, dan bahkan apa yang diharapkan, serta diinginkan oleh Mang Asep,” papar Lurah Tigaraksa H.Rama saat dimintai keterangan.

Permintaannya, kata H.Rama, hanya ingin diberikan akses jalan yang bisa dilalui untuk berjalan kaki menuju rumahnya, ditengah makam keluarga, dan dibawah kebon bambu, serta dirinya juga sangat berharap kepada pihak pemborong agar mengabulkan apa yang diharapkan Mang Asep.

“Kalau memang bisa diberikan akses jalan ya silahkan, atau bahkan mau dibeli tanahnya, dan dibayar sesuai apa yang diharapkan Mang Asep juga silahkan. Kalau saya hanya bisa membantu memediasi, menengahi, agar tidak timbul masalah ataupun kesalahpahaman untuk proses pembangun RSU Tigaraksa yang sedang berjalan tahapannya ini,” tegasnya.

Untuk diketahui, Mang Asep juga mengalami kisah yang sangat pilu, karena tidak memiliki akses jalan menuju rumahnya, bahkan beberapa minggu belakangan ini dirinya sangat sedih, karena akses satu-satunya jalan yang biasa dilaluinya tertimpa longsor, karena bekas galian alat berat yang menggali tanah terlalu dalam. Sehingga mengakibatkan akses jalan menjadi longsor, dan tidak bisa dilaluinya, bahkan bilamana musim hujan tiba akan terjadi banjir.

Maka dari itu, dirinya hanya bisa berdiam diri, dan menatap nasib kisah pilunya sambil berdo’a, agar bisa memiliki akses jalan yang bisa dilalui atau bilamana tanahnya mau dijual, dan pihak pemborong sanggup untuk membayar dengan harga yang di harapkannya.





Penulis: Bar

Berita Terkait

Gegara Bau, Warga Sindang Sari Ngadu Ke Camat Pasar Kemis
Inspektorat Kota Tangerang Dituding Tidak Efektif dan Lemah dalam Mengevaluasi Kinerja Satpol PP
PWHI Pertanyakan Proyek Rehabilitasi Irigasi Cisadane
Duh!!! Surat Permohonan Informasi Tanah Berbulan-bulan Diduga Diabaikan Kantah Tangsel
Satpol PP Tangsel Razia Tiga Lokasi di Serpong
PWI Banten Tugaskan Ketua PWI Kota Tangsel Edy Riyadi Gelar Musyawarah Perihal Keanggotaan
PWI Banten Gelar Konsolidasi Anggota Pasca Berakhirnya Dualisme
Andra Soni Terima Penghargaan Tangerang Pos Award, Ajak Pers Bangun Banten Lewat Literasi

Berita Terkait

Kamis, 23 Oktober 2025 - 18:48 WIB

Gegara Bau, Warga Sindang Sari Ngadu Ke Camat Pasar Kemis

Rabu, 22 Oktober 2025 - 14:42 WIB

Inspektorat Kota Tangerang Dituding Tidak Efektif dan Lemah dalam Mengevaluasi Kinerja Satpol PP

Kamis, 16 Oktober 2025 - 19:38 WIB

PWHI Pertanyakan Proyek Rehabilitasi Irigasi Cisadane

Rabu, 15 Oktober 2025 - 16:02 WIB

Duh!!! Surat Permohonan Informasi Tanah Berbulan-bulan Diduga Diabaikan Kantah Tangsel

Rabu, 15 Oktober 2025 - 09:30 WIB

Satpol PP Tangsel Razia Tiga Lokasi di Serpong

Berita Terbaru

Berita Aktual

Gedung Pusat Kajian Islam Asia Tenggara Resmi Dibangun di Jakarta

Senin, 27 Okt 2025 - 08:57 WIB