UU Pers Digugat ke MK, Pasal 8 Dinilai Belum Sepenuhnya Berikan Kepastian Hukum Bagi Wartawan

- Jurnalis

Rabu, 20 Agustus 2025 - 16:48 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

POTRET: ilustrasi Iwakum menggugat UU Pers ke MK untuk tuntut Perlindungan Jurnalis dari Kriminalisasi. (Foto: Dok. Metrotvnews.com/Ist).

POTRET: ilustrasi Iwakum menggugat UU Pers ke MK untuk tuntut Perlindungan Jurnalis dari Kriminalisasi. (Foto: Dok. Metrotvnews.com/Ist).

JAKARTA, suararealitas.co — Ikatan Wartawan Hukum (Iwakum) resmi mengajukan gugatan uji materi ke Mahkamah Konstitusi (MK) terhadap Pasal 8 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers.

Gugatan ini diajukan untuk memastikan kerja-kerja jurnalistik tidak dijadikan dasar kriminalisasi terhadap wartawan.

Latar Belakang Gugatan

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Ketua Iwakum, Irfan Kamil menjelaskan, bahwa Pasal 8 UU Pers saat ini belum sepenuhnya memberikan kepastian hukum bagi jurnalis dalam menjalankan profesinya.

Akibat celah hukum tersebut, wartawan kerap menghadapi ancaman jerat pidana ketika meliput dan menyebarkan informasi. Padahal tugas jurnalis dilindungi konstitusi sebagai bagian dari kebebasan berekspresi.

“Tujuan utama gugatan ini adalah agar kerja jurnalistik benar-benar dilindungi oleh undang-undang, bukan sebaliknya menjadi celah untuk mengkriminalisasi wartawan. Kebebasan pers harus dijaga sesuai amanat konstitusi,” tegas Ketua Iwakum.

Kronologi Gugatan ke MK

Berdasarkan berkas permohonan, Iwakum mendaftarkan gugatan ke MK pada 19 Agustus 2025 dengan nomor perkara yang akan diumumkan secara resmi dalam waktu dekat.

Baca Juga :  PMII Desak Trans7 Minta Maaf Terbuka atas Tayangan yang Dinilai Merendahkan Marwah Pesantren

Dalam permohonan itu, Iwakum meminta agar MK memberikan tafsir konstitusional terhadap Pasal 8 UU Pers yang menyebut: “Dalam melaksanakan profesinya, wartawan mendapat perlindungan hukum.”

Menurut pemohon, frasa “perlindungan hukum” dalam pasal tersebut masih bersifat umum dan multitafsir, sehingga membuka ruang bagi aparat penegak hukum maupun pihak tertentu untuk menjerat wartawan dengan pasal-pasal pidana lain di luar UU Pers seperti pencemaran nama baik, fitnah, atau bahkan UU ITE.

Sidang pendahuluan perkara ini dijadwalkan digelar pada awal September 2025. Pada tahap itu, hakim konstitusi akan mendengarkan uraian pokok permohonan dari Iwakum sebelum masuk ke sidang perbaikan dan pembuktian.

Pandangan Pakar Hukum

Pakar hukum tata negara dari Universitas Indonesia, Dr. Ahmad Fadli menilai langkah uji materi ini sangat relevan.

Menurutnya, posisi UU Pers perlu diperkuat agar wartawan tidak mudah dijadikan tersangka dalam kasus-kasus yang sesungguhnya terkait dengan kerja jurnalistik.

“Pasal 8 UU Pers memang masih multitafsir. Jika tidak diperjelas, wartawan bisa saja dipidana ketika menjalankan tugas jurnalistik. MK harus memberikan tafsir yang menegaskan perlindungan bagi kebebasan pers,” ujar Ahmad Fadli.

Baca Juga :  Kemenkumham dan Pemkab Maybrat Sepakat Dorong Rekonsiliasi dan Perdamaian di Papua Barat Daya

Kasus Kriminalisasi Jurnalis

Sejumlah kasus kriminalisasi terhadap jurnalis pernah terjadi di Indonesia. Misalnya, kasus jurnalis Tempo yang digugat secara pidana akibat pemberitaan investigasi pada 2010, serta kasus seorang wartawan di Sulawesi Tenggara yang dijerat pasal pencemaran nama baik usai menulis berita dugaan korupsi pada 2019.

Adapun, kasus-kasus tersebut dinilai menjadi preseden buruk yang mengancam kemerdekaan pers di Tanah Air.

Iwakum menegaskan, dengan adanya uji materi ini, diharapkan MK dapat mempertegas bahwa wartawan yang bekerja sesuai kode etik jurnalistik dan Undang-Undang Pers harus mendapatkan perlindungan hukum yang kuat, bukan kriminalisasi.

Harapan Iwakum

“Perlindungan hukum bagi wartawan harus jelas dan tidak multitafsir. Jika tidak, kebebasan pers bisa terancam dan masyarakat kehilangan akses terhadap informasi yang benar,” tutupnya.

Saat ini, permohonan uji materi tersebut masih menunggu jadwal resmi sidang perdana di Mahkamah Konstitusi.

Berita Terkait

Gerakan Tobacco Control Leadership with Young Leaders Tegaskan Komitmen Generasi Muda Menuju Indonesia Bebas Tembakau
Semarak HUT ke-393 Kabupaten Tangerang, PERUMDAM TKR Berikan Kontribusi Nyata Lewat Program SL Gratis
Bupati Dampingi Hanif Faisol Nurofiq Meninjau Lokasi Waste To Energy di TPA Jatiwaringin
CHED ITB Ahmad Dahlan Soroti “Purbaya Effect” dan Lemahnya Disinsentif Fiskal Pengendalian Rokok
Bupati Meninjau Proses Perbaikan Jalan Kurang Lebih 500 Meter
Gedung Revitalisasi SDN Buaran Mangga IV Kecamatan Pakuhaji Diresmikan Bupati
Aliansi Banten Birokrasi Gelar Aksi di PLTU Suralaya, Soroti Dugaan Korupsi dan Diskriminasi Tenaga Lokal
Brigadir Renita Rismayanti, Polwan Polri Raih Penghargaan Dunia — “UN Woman Police Officer of The Year 2023

Berita Terkait

Sabtu, 25 Oktober 2025 - 21:44 WIB

Gerakan Tobacco Control Leadership with Young Leaders Tegaskan Komitmen Generasi Muda Menuju Indonesia Bebas Tembakau

Jumat, 24 Oktober 2025 - 21:59 WIB

Semarak HUT ke-393 Kabupaten Tangerang, PERUMDAM TKR Berikan Kontribusi Nyata Lewat Program SL Gratis

Jumat, 24 Oktober 2025 - 21:32 WIB

Bupati Dampingi Hanif Faisol Nurofiq Meninjau Lokasi Waste To Energy di TPA Jatiwaringin

Jumat, 24 Oktober 2025 - 16:43 WIB

CHED ITB Ahmad Dahlan Soroti “Purbaya Effect” dan Lemahnya Disinsentif Fiskal Pengendalian Rokok

Kamis, 23 Oktober 2025 - 21:38 WIB

Bupati Meninjau Proses Perbaikan Jalan Kurang Lebih 500 Meter

Berita Terbaru