Wartawan Wajib Menggali Informasi yang Valid, Bukan Sekadar Cepat Tayang

- Jurnalis

Minggu, 6 Juli 2025 - 22:42 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Jakarta, Suararealitas.co – Dalam dunia jurnalistik yang bergerak cepat, tuntutan untuk menjadi yang pertama sering kali membuat sebagian wartawan tergoda untuk melewati proses verifikasi informasi. Padahal, kecepatan tanpa validitas hanya akan melahirkan kesalahan, bahkan potensi fitnah. Minggu,(6/7/2025).

Jurnalis sejati tahu, tugas utamanya bukan sekadar memberitakan apa yang terlihat, tapi menggali apa yang sebenarnya terjadi. Bukan sekadar menulis apa yang viral, tapi menyampaikan apa yang benar.

Validasi Itu Wajib, Bukan Opsional

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Kode Etik Jurnalistik Pasal 3 dengan jelas menyebutkan bahwa wartawan wajib selalu menguji informasi, tidak boleh mencampuradukkan fakta dan opini yang menghakimi. Artinya, setiap informasi yang diterima harus diverifikasi secara serius — dari sumber, data, konteks, hingga dampak pemberitaannya.

Baca Juga :  Harian Kompas Bekerjasama dengan PT PLN (Persero) Sukses Selenggarakan Diskusi Bertemakan Ketahanan Pangan melalui Elektrifikasi Agrikultur

Menulis tanpa validasi adalah bentuk kelalaian profesional. Lebih parah lagi jika wartawan merasa cukup hanya dengan “konfirmasi seadanya” lalu menganggap berita sudah berimbang. Padahal, konfirmasi sepihak tanpa uji silang tetap bisa melahirkan framing yang keliru.

Etika Bukan Penghalang, Tapi Penjaga Martabat

Sebagian jurnalis berdalih bahwa waktu sempit, redaksi mendesak, atau narasumber sulit ditemui. Tapi alasan-alasan itu tidak seharusnya jadi pembenar untuk memproduksi berita yang tidak valid. Justru di situ letak integritas wartawan diuji — apakah ia memilih benar, atau memilih cepat.

Etika jurnalistik bukan penghambat kerja, tapi justru benteng terakhir agar profesi ini tetap dipercaya publik. Satu berita salah bisa menghancurkan reputasi seseorang. Satu tuduhan tanpa dasar bisa jadi pembunuhan karakter.

Baca Juga :  Pemkab Tangerang Fokuskan Pembangunan dan Kesejahteraan Sosial

Jurnalis Bukan Mikrofon, Tapi Penapis Fakta

Menjadi wartawan bukan berarti menyalin ucapan siapa pun dan menyebarkannya mentah-mentah. Wartawan bukan tukang catat. Wartawan adalah penapis, penggali, dan penjaga logika publik. Ia harus bisa membedakan mana fakta, mana opini, mana dugaan, mana kebenaran.

Jika kita ingin media tetap dipercaya, maka wartawan harus kembali ke akarnya: menulis hanya yang benar, setelah menggali sedalam mungkin.Karena dalam dunia yang penuh hoaks dan narasi kosong, jurnalis adalah benteng terakhir akal sehat.

Berita Terkait

Apa Arti “17+8 Tuntutan Rakyat” Usai Gelombang Demo Nasional? Ini Arti dan Isi Lengkapnya!
Polsek Johar Baru Gelar Apel Patroli Kesetiaan, Jaga Jakarta Aman di Sentra Ekonomi Johar Baru
Himbauan Kamtibmas, Polisi Gandeng PPSU Galur Jaga Jakarta Aman
Tanggapi Keluhan Warga Jalan Rusak Cadas – Kukun, Perumda TKR Surati Pelaksana
Jakarta Utara Hadirkan Depot Air Minum Gotong Royong di Sunter Agung
Pemprov DKI-Kementerian PU Sinergi Perbaiki Fasum Dampak Unjuk Rasa
Pembuang Limbah Medis Berbahaya, Bisa Kena Pidana
Audit Kinerja Itjenad, Perkuat Akuntabilitas Satuan Jajaran Korem 052/Wkr

Berita Terkait

Jumat, 5 September 2025 - 17:35 WIB

Apa Arti “17+8 Tuntutan Rakyat” Usai Gelombang Demo Nasional? Ini Arti dan Isi Lengkapnya!

Kamis, 4 September 2025 - 16:42 WIB

Polsek Johar Baru Gelar Apel Patroli Kesetiaan, Jaga Jakarta Aman di Sentra Ekonomi Johar Baru

Kamis, 4 September 2025 - 16:41 WIB

Himbauan Kamtibmas, Polisi Gandeng PPSU Galur Jaga Jakarta Aman

Kamis, 4 September 2025 - 12:31 WIB

Tanggapi Keluhan Warga Jalan Rusak Cadas – Kukun, Perumda TKR Surati Pelaksana

Rabu, 3 September 2025 - 13:38 WIB

Jakarta Utara Hadirkan Depot Air Minum Gotong Royong di Sunter Agung

Berita Terbaru