JAKARTA – Sejumlah sekolah di DKI Jakarta kembali terapkan pembelajaran jarak jauh (PJJ) seiring semakin meningkatnya kasus virus Covid-19 varian Omicron.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Maka dari itu, SMK Mutiara Bangsa Yayasan Alhuda Islamic Education Center Metropolitan (AIECM) melakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ) 50%, setelah pemerintah menaikkan status PPKM Level 3 melalui pembelajaran tatap muka (PTM) 50%, Jum’at, (18/2/2022).
Hal tersebut dituangkan dalam Instruksi Dinas Pendidikan JB 1.
Kepala Sekolah SMK Mutiara Bangsa, Ade Noviawaty, M.Pd dalam keterangannya mengatakan, ya betul, memang disitu boleh dilaksanakan hanya 50%.
“Kami hanya ada paling banyak, kalau dia 32, dia 16 siswa pak per-kelas kapasitasnya, dan yang diberikan oleh dinas hanya 4 jam pelajaran pak. Hanya saja disitu, ketika ada jam praktek pun ya di batasi pak, misalkan Lab 20 jadi 10 anak saja, itu hanya untuk yang kelas 3 saja pak yang memang untuk ujian. Tapi itupun tidak di kelas, karena di kelas sudah disesuaikan jadwalnya,” ungkap Ade Noviawaty, M.Pd kepada wartawan di ruangannya lantai 3.
Sementara itu, untuk sistem pembelajaran melalui learning, jika 16 siswa di sekolah melakukan PTM, maka sistem PJJ bersama-sama memakai platform berbayar sendiri, jadi mempunyai aplikasi first class.
“Jadi, jika memakai platform elemen islamic sendiri, pada saat guru mengajar, dirinya bisa mengecek di laptopnya siswa yang hadir masuk dikelas ada berapa. Jadi mungkin, kalaupun memang kami harus menginformasikan ke yayasan untuk menambah platform tersebut, akan tetapi fungsi untuk pembelajaran siswa-siswi menjadi lebih baik, dan kami baru menggunakan 1 tahun,” tuturnya.
Dengan demikian, untuk Prokes di sekolah telah menyiapkan cuci tangan, atau handsanitizer di depan tiap-tiap kelas.
“Saya yakin, ketika pemerintah membuat suatu keputusan mungkin di kondisikan dengan lingkungan. Semoga kedepan Indonesia bebas dari virus, apapun jenis virusnya baik turunannya. Pemerintah juga bisa mengijinkan kembali untuk beraktifitas sekolah secara 100%, jika sekolah lain diterapkan materinya bisa, kalau SMK perlu adanya praktek-praktek, karena yang diutamakan keterampilan bukan hanya pengetahuannya,” harapnya
Kemudian, Ade Noviawaty menambahkan, dengan maraknya keributan antar siswa pihaknya membimbing siswanya dengan cara berkoordinasi dengan guru BP dan pembimbing.
“Kalau kami pastinya kolaborasikan guru BP dengan pembimbing, kalau diluar jam sekolah itu berhubungan dengan Ekskul (Ekstrakurikuler) dan para pembinanya. Ekskul itu boleh tetapi sekarang dibatasi, kalau untuk sekarang kan belajar bebas, jadi bisa membimbingnya kapan saja, yang terpenting kolaborasi orang tua, sekolah yang harus berjalan. Memang kita harus online terus untuk memantau siswa, terkadang di luar jam sekolah sudah bukan kewajiban kami, ya minimal orang tuanya tahu keberadaan anaknya dimana.” Tutup Kepala Sekolah SMK Mutiara Bangsa usai dimintai keterangannya.
Penulis: Za