Jadi Bisnis yang Menarik, Begini Kisah Sejarah dan Keindahan di Balik Pembuatan Kain Tenun Sabu Rai Jua NTT

- Jurnalis

Minggu, 17 April 2022 - 11:25 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

 

Jadi Bisnis yang Menarik, Begini Kisah Sejarah dan Keindahan di Balik Pembuatan Kain Tenun Sabu Rai Jua NTT
Wawancara dengan Salah Satu Keluarga Pengrajin Kain Tenun Sabu Rai Jua NTT yang Berada di Bali (Foto: Suararealitas)

DENPASAR – Apa yang terlintas di benak sobat tentang kain tenun Sabu Rai Jua dari adat suku Sabu…

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Lalu, kalau sobat penasaran, apakah sudah ada yang tahu tentang sejarah budaya kain tenun dari Sabu Rai Jua NTT ??? 

Nah, bagi anda yang penasaran dengan kain tenun Sabu Rai Jua itu bagaimana sejarah, motif, dan lain sebagainya.

Yuk, kita simak..!!!

Kain tenun khas Sabu Rai Jua merupakan salah satu yang paling banyak diminati. Kain tenun tersebut mulai dikenal wisatawan khususnya sebagai pakaian adat Nusa Tenggara Timur atau NTT. 

Sejarah Berdirinya Kain Tenun Sabu Rai Jua NTT

Kain Tenun Sabu Rai Jua NTT, Selimut Untuk Pria dan Sarung Untuk Perempuan (Foto: Ukie Suararealitas)

Menurut Kizter Ri’a, cerita dari para leluhur atau masa ke masa sehingga dari masa dahulu hingga masa kini biasanya, kalau di Sabu menceritakan dari orang tua kandungnya ke anaknya, jadi secara turun temurun.

“Kain Sabu ini sebenernya sudah ada sejak dahulu kala, bahkan pada abad ke-16 masa Portugis masuk, itu sudah ada kain Sabunya, tetapi pada saat dahulu mereka menenun itu berdasarkan hasil alam sekitar, contohnya seperti kayu, pohon, pulau, rumah, dan sebagainya. Karna masih berkaitan dengan alam sekitar,” ujar Kizter Ri’a, salah satu keluarga pengrajin kain tenun Sabu Rai Jua yang berada di Bali.

Pada abad ke-46, kata Kizter, lahirlah 2 bersaudara yang mana perempuan keduanya, dari 2 bersaudara ini muncullah  dengan karakter yang berbeda-beda yaitu, kakaknya Mudji Babo adiknya Lau Babo. Kakaknya seorang anak yang rajin bertenun, sedangkan adiknya tumbuh menjadi dewasa dia menjadi anak yang agak egois, angkuh, dan tidak mau bekerja saking dimanjanya dari orangtua mereka.

“Sedangkan, kakaknya ini dia sehari-hari kumpul alat-alat, dan bahan-bahan untuk menenun, akan tetapi adiknya Lau Babo sudah besar dia memiliki keinginan untuk bertenun, karna kakaknya Mudji Babo ini sering katakan punya dia ini-ini bagus, sehingga muncullah kecemburuan sosial disitu,” ujar Ketua Nusa Lontar saat dimintai keterangan, Minggu, (17/4/2022).

Baca Juga :  Polsek Mauk Polresta Tangerang Lakukan Pengecekan Ruang Tahanan

Pada sewaktu-waktu, mereka pertikaian besar sekali, lanjut Kizter, karena perkelahian itu, kedua orangtua mereka memilih untuk membagi peralatan tenun pada masa itu, atas perizinan, dan sepakatnya kedua belah pihak, anaknya mereka yaitu, Mudji Babo dengan Lau Babo. 

Contoh Motif Kain Tenun Sabu Rai Jua (Foto: Ukie Suararealitas)

“Sepakatnya mereka setelah sudah bagi motif-motif tertentu, sehingga mulai lah dengan cara pembagian air nila atau tinta, tetapi pembagian air nila atau tinta itu diambil dari dalam 1 wadah,” ujarnya.

Sehingga, Kizter katakan, yang disuruh ambil duluan kakaknya Mudji Babo. Sehingga kakaknya ini karna dia mengambil paling atas dan dia ambil paling banyak. Karna dia sudah berfikir, bahwa dia ambil paling banyak berarti dia untungnya lebih banyak, sehingga pada mulai dari itulah dia disebut maya besar atau orang Sabu katakan Hubi ae. Jadi yang sisa dalam periuk ini secara otomatis punya adiknya yaitu, maya kecil atau sering disebut Hubi iki.

“Dia berfikirnya itu bahwa dia sudah keuntungan besar dia ambil paling atas, dan dia ambil paling banyak. Tetapi dari hasil yang dia tafsirkan itu ada satu hal yang diluar dugaan Mudji Babo yang menguntungkan adiknya Lau Babo, yaitu yang sebenernya sedikit sisa di dalam wadah itu air nila atau tintanya yang paling banyak adalah dibagian bawah. Sehingga maya kecil atau Hubi iki menguntungkan dari Hubi ae pada saat itu,” katanya.

Dikatakan Kizter, setelah mereka sudah perjanjian, tetapi saya tidak tahu pasti, tetapi sampai sekarang kalau kita sejak pembagian motif itu antara garis keturunan maya kecil dengan garis keturunan maya besar tidak boleh saling pake misalnya dari garis keturunannya dari maya besar dan dipake oleh garis keturunan maya kecil atau robek lalu dijahit itu langsung kejadian. Tapi saya mencurigakan ada sumpahnya dari dulu.

Baca Juga :  Musrenbang Kecamatan Jayanti Prioritaskan Sektor Pendidikan, Ekonomian dan Infrastruktur

“Ibu nya dari garis keturunan maya kecil maka dia maya kecil tapi kalo ibunya dari garis keturunan maya besar ia tetap maya besar. Itu yang berlaku bagi orang Sabu. Tapi bagi orang yang diluar Sabu boleh dipake motif manapun. Tapi kalo dari garis keturunan laki-laki ada yang disebut udu. Sehingga turun temurun sampe saat ini sampe terjadinya motif ini,” ucapnya.

Peralatan Tradisional Kain Tenun Sabu Rai Jua (Foto: Ukie Suararealitas)

Selanjutnya, kata dia, pada saat dahulu, mereka menenun motifnya berdasarkan hasil alam sekitar. Ada 2 karakter dari motif dari kain tenun, jadi walaupun dari karakter yang baik atau kurang baik tetap sama-sama bisa maju, dan yang membedakan hanya karakter dari motif kain tersebut. 

Maka dari itu, Kizter juga memastikan, kain tenun khas NTT mulai digemari baik oleh para Pejabat Nasional maupun wisatawan mancanegara, dan domestik. “Karena motifnya yang khas, juga kainnya tebal tapi lembut, dan semua dikerjakan secara traditional, serta turun temurun,” tuturnya.

Dengan demikian, kain tenun khas NTT Sabu selain digunakan secara traditional, dan sebagai pakaian adat, juga sudah mulai digemari masyarakat Indonesia teruntuk dibuat jas, pakaian resmi ke acara-acara pernikahan, pertemuan baik berupa pakaian wanita, maupun pakaian pria model batik, tapi khas tenun NTT. Ternyata saat digunakan dalam bentuk, jas, pakaian resmi mempunyai daya tarik orang yang melihatnya, dan menimbulkan kesan elegan. 

Kemudian, banyak macam-macam corak, maupun warna dari produk tenun NTT khas Sabu ini, dan bagi anda yang tertarik dengan kain tenun Sabu Rai Jua untuk pemesanan bisa hubungi Kizter selaku pengrajin dengan contact persons +6285337060991. 

Jangan khawatir soal harga berkisar 1 juta sampai 2 juta, dan sekali lagi, proses pembuatan kain Tenun Sabu NTT tidak ada satu helaipun yang dikerjakan dengan mesin, tapi semua kain tenun khas Sabu NTT ini dikerjakan dengan alat traditonal, dan dari tangan-tangan terampil putra-putri daerah yang telah diajarkan oleh para leluhur secara turun temurun.

Penulis: Ukie dan Janer

Editor: Reza

Berita Terkait

Uji Coba Insinerator Cipondoh Tunggu Persetujuan Warga
Pokja Wartawan Harian Tangerang Raya Tebar Kepedulian Lewat Kurban Idul Adha 1446 H
Nekad Beroperasi, Satpol PP Kota Tangerang Segel Tower BTS di Buaran Indah: Genset dan Takel Pekerja Disita
Maryono Bubarkan Kobam, Ketua DPRD Angkat Topi
Optimalkan Lahan di Cimahi , Lanud Husein Sastranegara Dukung Ketahanan Pangan yang Ampuh
Fasos Fasum Poris Indah Diserobot, Warga Terabaikan: Pemerintah dan Satpol PP Bungkam di Tengah Konflik
LSMP Sukses Gelar Fun Fishing 100 Kg Ikan Air Tawar, Apresiasi 100 Hari Kerja Bupati-Wabup Tangerang
Di Cipondoh Asap Sampah Tak Kasatmata, Jadi Ancaman Nyata

Berita Terkait

Kamis, 12 Juni 2025 - 17:29 WIB

Uji Coba Insinerator Cipondoh Tunggu Persetujuan Warga

Sabtu, 7 Juni 2025 - 15:05 WIB

Pokja Wartawan Harian Tangerang Raya Tebar Kepedulian Lewat Kurban Idul Adha 1446 H

Kamis, 5 Juni 2025 - 17:33 WIB

Nekad Beroperasi, Satpol PP Kota Tangerang Segel Tower BTS di Buaran Indah: Genset dan Takel Pekerja Disita

Rabu, 4 Juni 2025 - 17:30 WIB

Maryono Bubarkan Kobam, Ketua DPRD Angkat Topi

Rabu, 4 Juni 2025 - 02:23 WIB

Optimalkan Lahan di Cimahi , Lanud Husein Sastranegara Dukung Ketahanan Pangan yang Ampuh

Berita Terbaru

Breaking News

DLH Serbu Teluknaga, Sampah Menumpuk Langsung Hilang

Selasa, 17 Jun 2025 - 14:47 WIB

ILUSTRASI: peserta didik baru. (Foto: iStock/Ist).

Pendidikan

Situs Web SPMB Sulit Diakses, Disdik DKI Jakarta Sarankan Hal Ini

Selasa, 17 Jun 2025 - 13:44 WIB