Jakarta,Suararealitas.co — Dalam rangka memperingati hari ulang tahunnya yang ke-60, Harian Kompas bersama Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia menggelar talk show bertajuk “Menggali Peradaban, Menapak Masa Depan”, Senin (30/6/2025) di Bentara Budaya Jakarta. Acara ini merupakan bagian dari perayaan HUT Kompas yang mengusung tema besar “Mencerahkan Indonesia”.
Talk show tersebut digelar sebagai respons terhadap kekhawatiran yang kian meluas terkait fenomena brain rot merosotnya daya pikir akibat banjir informasi dangkal serta meningkatnya disinformasi, misinformasi, dan malinformasi di ruang digital. Melalui forum ini, Harian Kompas dan Kementerian Kebudayaan berupaya membuka ruang reflektif bagi publik untuk kembali menelusuri nilai-nilai warisan budaya, sembari mendorong penguatan literasi sebagai landasan membangun masa depan bangsa yang lebih berakar dan tercerahkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Menjaga Kejernihan di Tengah Derasnya Informasi
Acara dibuka dengan sambutan dari Pemimpin Redaksi Harian Kompas, Haryo Damardono. Dalam pidatonya, Haryo menekankan pentingnya peran media dan kebudayaan dalam menjaga kejernihan berpikir masyarakat, terutama di tengah derasnya arus informasi digital yang kerap tidak terkurasi.
“Kita membutuhkan ruang yang tidak hanya informatif, tetapi juga mencerahkan. Warisan budaya dan sejarah memiliki kekuatan untuk menjadi jangkar nalar publik,” ujar Haryo.
Ia juga menyampaikan bahwa ulang tahun Kompas ke-60 menjadi momentum untuk memperkuat komitmen media dalam mendorong ekosistem informasi yang sehat dan berdaya reflektif.
Kebudayaan sebagai Kekuatan Strategis
Direktur Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi, Kementerian Kebudayaan, Restu Gunawan, turut hadir dan membuka sesi diskusi secara resmi. Dalam sambutannya, ia menekankan pentingnya menjadikan kebudayaan sebagai kekuatan strategis bangsa dalam menghadapi tantangan zaman.
Restu menyoroti sejumlah program prioritas kementerian yang tengah berjalan, antara lain revitalisasi situs-situs sejarah, pelestarian tradisi lokal, serta penguatan budaya digital sebagai jembatan antara masa lalu dan masa depan.
“Kita tidak boleh membiarkan budaya terpinggirkan oleh modernitas. Justru dari kebudayaan kita bisa menjawab tantangan zaman,” tegasnya.
Peradaban Tua, Tantangan Baru
Dalam sesi diskusi, arkeolog Ali Akbar memaparkan temuan-temuan terbaru yang menunjukkan bahwa jejak peradaban di wilayah Nusantara jauh lebih tua dari yang selama ini diyakini. Ia mengungkap hasil penanggalan karbon dari situs Muara Jambi serta temuan lukisan gua di Leang Karampuang, Sulawesi Selatan, sebagai bukti konkret warisan prasejarah yang sangat bernilai.
“Indonesia memiliki potensi besar sebagai salah satu peradaban tertua dunia. Namun tantangannya adalah bagaimana menjadikan warisan ini relevan dan menarik bagi generasi muda,” jelas Ali.
Ali juga menekankan pentingnya popularisasi arkeologi melalui media sosial sebagai upaya menjembatani ilmu pengetahuan dengan masyarakat luas, khususnya anak muda.
Sastra sebagai Penjaga Ingatan
Sementara itu, penulis dan penggiat literasi Dhianita Kusuma Pertiwi berbicara mengenai peran sastra dalam merekam, menghidupkan kembali, dan mentransformasikan narasi budaya ke dalam karya kontemporer. Menurutnya, naskah-naskah kuno Indonesia merupakan sumber inspirasi yang sangat kaya, baik dari segi tema, nilai, maupun sudut pandang.
“Di dalam kearifan lokal, kita menemukan kekayaan yang bisa bicara lintas zaman dan lintas budaya,” ujarnya.
Dhianita juga menyoroti pentingnya penerjemahan karya sastra Indonesia ke dalam bahasa asing agar dapat menjangkau pembaca global tanpa kehilangan konteks dan kekhasan lokalnya.
Pameran Jurnalistik: Masa Lalu sebagai Fondasi Masa Depan
Talk show ditutup dengan seremoni pemotongan pita yang menandai pembukaan Pameran Jurnalistik Kompas, sebagai bagian dari rangkaian acara HUT ke-60. Pemotongan pita dilakukan secara simbolis oleh Restu Gunawan bersama Haryo Damardono.
Pameran ini menampilkan rekam jejak perjalanan jurnalistik Kompas dalam menyoroti isu-isu kebudayaan, sejarah, dan identitas nasional. Pameran tersebut menjadi pengingat bahwa masa lalu bukan sekadar cerita yang usang, melainkan fondasi penting dalam membentuk arah perjalanan bangsa.
Membentuk Masa Depan yang Tercerahkan
Melalui forum ini, Harian Kompas dan Kementerian Kebudayaan memperlihatkan komitmen konkret dalam mengangkat kembali pentingnya literasi, sejarah, dan kebudayaan dalam membangun masa depan bangsa. Talk show “Menggali Peradaban, Menapak Masa Depan” menjadi kontribusi nyata untuk menciptakan ruang publik yang tidak hanya informatif, tetapi juga reflektif dan inspiratif.
Dengan semangat “Mencerahkan Indonesia”, Kompas di usia ke-60 menegaskan perannya sebagai media yang tidak hanya menyampaikan berita, tetapi juga membangun kesadaran dan ketahanan budaya bangsa.