Jakarta – Dalam diskusi filsafat politik, Praktisi atau Pengamat Ekonomi dan Pengembangan Wilayah menyampaikan kritik atas “Manifesto Politik 2022” guna mempercantik keindahan Indonesia dengan akal sehat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Adapun kegiatan ini diselenggarakan oleh Indonesia Center for Society and Culture (ICSC), Komunitas Milenial Peduli Indonesia (Kompii), Pendekar Indonesia, dan Indodian.com.
Ketua Umum Pendekar Indonesia dr Hendrawan Saragih memaparkan isi manifesto politik yang terdiri dari lima poin utama tersebut, antara lain keindahan dan akal sehat.
Sementara Pendekar Indonesia menyimpulkan bahwa pengalaman berbangsa dicirikan oleh tiga kemampuan yang terintegrasi, yaitu pengenalan akan kebenaran, keadilan, dan keindahan.
Kemudian manusia dapat membedakan antara yang benar dan yang salah, dapat membedakan yang benar dari yang salah, dan dapat membedakan antara yang indah dan yang jelek.
“Oleh karena itu, kehidupan berbangsa yang utuh tidak hanya harus jujur dan adil, tapi berjuang menuju keindahan,” papar Saragih, dalam keterangannya via zoom meeting, Minggu (06/11/2022) sore.
Kedua, lanjut Saragih, akal sehat merupakan alat menilai yang baik dalam hal-hal praktis keindahan berbangsa. Akal sehat merupakan kombinasi dari kebijaksanaan dan kehati-hatian. Kebijaksanaan adalah mengetahui apa yang harus dilakukan dan kehati-hatian adalah mengetahui kapan dan di mana harus melakukannya.
“Kehampaan pemahaman atau ketidakadaan akal sehat merupakan suatu malapetaka besar dalam kehidupan berbangsa,” terang Saragih.
Dikatakan dia, melalui akal sehat itu kita diajak melihat permasalahan bangsa secara jernih. “Cara meminimalkan tindak korupsi aparatur negara yang sederhana, tetapi efektif yaitu bukan dengan dengan melipatgandakan tenaga penegakan hukum terhadapnya. Namun, dengan mengurangi secara radikal kebijakan dan hukum yang melumpuhkan, yang membuat korupsi dimungkinkan,” usul Saragih.
Dengan hal ini tidak hanya korupsi akan hilang, tetapi aparat negara kemudian akan bebas beroperasi melawan kejahatan yang sebenarnya.
Hentikan Polarisasi Masyarakat
Terkait dengan isi manifesto politik keempat, Hendrawan Saragih menegaskan, bahwa sudah saatnya menghapus polarisasi dalam kehidupan politik dan berbangsa. Menghentikan ujaran atau penyebutan kata-kata yang tidak pantas terhadap orang atau kelompok yang berbeda pandangan.
“Sudah layak dan sepantasnya kita tidak lagi saling menyebut “Kadrun” maupun “Cebong.” Mari kita hentikan semua ujaran, masyakarat perlu menghindari rasa benci dan balas dendam, dan mulai belajar berpolitik tanpa harus terjebak dalam polarisasi. Kita harus merangkul keindahan yang dibangun dari perdamaian dan keinginan akan kesejahteraan,” katanya.
Bahkan, Pendekar Indonesia juga mengusulkan agar kampanye politik ke depan seyogyanya mengajarkan kepada generasi muda bagaimana
berpolitik secara beradab dan indah.
“Program yang kampanye solid tidak sekadar menciptakan antusiasme para pendukungnya, tapi juga jangan sampai merendahkan dan mempermalukan lawannya,” ujarnya.
Dengan demikian, politik bisa menjadi faktor terdepan dalam mengajak segenap rakyat Indonesia mempercantik keindahan hidup berbangsa. Tanpa polarisasi Indonesia akan menjadi lebih indah. Saragi mengaku terinspirasi mempercantik keindahan hidup berbangsa dari filsafat Nusantara “memayu hayuning bawana” yang berarti “mempercantik keindahan dunia.” Tujuan filsafat ini adalah
meraih kehidupan yang tertata dan tenteram.
Maka dalam Manipol 2022, Saragi mengundang semua anak kandung Ibu Pertiwi untuk berikhtiar mempercantik indahnya kehidupan berbangsa di Indonesia.
“Ke depan nya, keindahan berbangsa dapat dicapai juga dengan adanya pemimpin nasional yang tegas, cerdas, dan pantas. Meski tidak ada formula ajaib untuk menjadikan Indonesia ‘Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat,’ tetapi dirinya akan terus menyuarakan apa yang menurutnya dapat membantu bangsa ini meraih cita-cita itu. Manifesto Politik ini adalah harapan tulus, dan saya mengajak anda, mari kita mempercantik keindahan Indonesia dengan akal sehat,” tukas pria yang namanya dikenal setelah mendeklarasikan permohonan dan dukungan kepada Jenderal Andika Perkasa untuk maju sebagai calon Presiden Republik Indonesia 2024-2029 itu.
Kendati demikian, Pakar Filsafat Politik Prof. Franz Magnis-Suseno mengatakan, Indonesia menghadapi
tantangan serius, antara lain radikalisme agama, oligarki dan korupsi.
“Untuk itu, setiap
komponen bangsa diajak untuk berkomitmen pada lima hal, yaitu komitmen pada bangsa, pada demokrasi, pada hak-hak asasi manusia, pada kemerdekaan beragama dan
berkepercayaan, dan pada keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia,” terang Magnis-Suseno.
Magnis-Suseno pun menambahkan bahwa ada lima sikap yang kita harus kita ambil yaitu, akhiri impunitas,! nir-toleransi terhadap korupsi, nir-toleransi terhadap intoleransi beragama, berhenti merusak lingkungan
hidup, dan tuntut sikap dari para Capres.*(Za/SR)