JAKARTA – Issue HIV kerap kali dihubung-hubungkan dengan peran komunitas. Hal ini sangat erat kaitannya dengan media sosial maupun media online.
Dimana media saat ini memiliki peranan dan pengaruh besar dalam membentuk opini public, media juga sebagai penyumbang informasi-informasi utama yang bebas diakses sebagai kanal pengetahuan masyarakat.
Dalam hal ini, teman-teman komunitas kerap kali menjadi korban yang mendapatkan stigma dan diskriminasi atas pemberitaan yang tidak berimbang dan menerbitkan informasi dari sudut pandang negative dengan menyatakan bahwa komunitas sebagai penyebab utama dari penyebaran HIV-AIDS tersebut.
Guna menindaklanjuti hal tersebut, Yayasan Pesona Jakarta (YPJ) yang bekerja sama dengan Indonesia AIDS Coalision (PR) dan Organisisi Perubahan Sosial Indonesia (SR) melalui dukungan pendanaan Global Found melakukan kegiatan Media Visit – Local Media, dan pertemuan diskusi guna membahas dampak Stigma dan Diskriminasi akibat pemberitaan oleh media yang tidak berimbang terhadap Populasi Kunci, dalam upaya pencegahan dan penanggulangan HIV-AIDS di Indonesia.
Adapun, pertemuan diskusi berlangsung di Jl. Lagter II C2 Gg. 1 C1 No.2A, RW.1, Lagoa, Kecamatan Koja, Jakarta Utara.
Kemudian kegiatan tersebut turut dihadiri oleh Suwito (Vito) selaku Advokasi Officer Yayasan Pesona Jakarta, Dede Ajit Paralegal Yayasan Pesona Jakarta, Yuli Risciani CBMFO, perwakilan PKBI Jakarta Utara, Yayasan Mutiara Maharani, Komunitas PSP, Komunitas MSM, dan ODHIV.
Dede Ajit, Paralegal Yayasan Pesona Jakarta menyampaikan bahwa tujuan digelarnya kegiatan media visit – local media ini guna adanya dukungan kegiatan kunjungan ke beberapa media untuk memastikan bahwa media dapat menjadi patners dalam advokasi.
“Salah satu bentuk kegiatannya adalah mensosialisasikan program-program dalam membangun perspektif masyarakat, sehingga timbulah pemikiran, serta kepedulian masyarakat dalam mendukung upaya pencegahan dan penanggulang HIV-AIDS di Indonesia,” ujar Ajit sapaan akrabnya, Kamis (24/11/2022) siang.
Disisi lain, Suwito (Vito) selaku Advokasi Officer Yayasan Pesona Jakarta mengatakan, kebutuhan bermitra dengan media sangat jelas dibutuhkan ketika melakukan advokasi. Karena media adalah corong dari isu yang sudah teralienasi yang ingin didengar atau dilihat kepada masyarakat banyak.
Selain itu lanjut Vito, media juga dapat menjadi sarana untuk melakukan kampanye pada penurunan stigma dan diskriminasi pada ODHIV ataupun pada populasi kunci. Hal lainnya yang tidak kalah penting adalah ketika organisasi dapat bermitra dengan media, ini akan menjadi nilai tambah bagi organisasi tersebut dalam memperkenalkan dirinya pada berbagai sector.
“Maka hasil dari sharing tentang stigma dan diskriminasi dalam pemberitaan pada ODHIV ini jalin adanya jejaring antara penggiat HIV dengan bebagai media cetak maupun eketronik. Kemudian adanya pemahaman terkait issue pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS pada wartawan baik cetak maupun elektronik, sehingga tersusunnya rekomendasi dan rencana aksi,” imbuh Vito dilokasi.
Vito pun mengharapkan dengan adanya pertemuan ini akan menghasilkan kerja sama yang kuat antara media dengan Komunitas Penggiat HIV dalam upaya pencegahan dan penanggulang HIV dan AIDS di Indonesia.
Kendati demikian, Witra, S.IP perwakilan dari media soal diskusi menyampaikan bahwa pencegahan ini merupakan kerja sosial yang di dalamnya tak ada bayaran sama sekali. Namun, karena niat yang kuat untuk memberantas atau mengurangi penularan HIV/AIDS khususnya Jakut, maka ini menjadi tugas untuk seluruh stakeholder.
Witra pun meyakini organisasi-organisasi yang ada punya tufoksi yang sama dalam penanggulangan HIV/AIDS mampu menurunkan angka kasus di Jakut.
“Tentunya, ini membutuhkan kerja sama yang baik oleh semua pihak. Mungkin saja lebih tinggi dari data ini, karena mungkin saja ada (ODHA) yang enggan untuk melakukan tes karena ada stigma di masyarakat,” tambahnya.
Untuk itu sambung Witra, Yayasan Pesona Jakarta dan semua pihak terkait memiliki tugas untuk secara bersama-sama menekan angka tersebut dengan dibantu media online, maupun masing-masing perangkat aparatur Pemda terkait telah memiliki tugas dalam penanggulangan HIV/AIDS.
“Kita akan diskusi bersama-sama dalam hal penanggulangannya. Mungkin ada data terbaru atau pengalaman organisasi lainnya, yang ada korelasi dengan organisasi penggunglangan HIV/AIDS. Harapan saya kepada semua yang hadir pada hari ini, bisa memberikan kontribusi pemikiran dalam rangka penanggulangan HIV/AIDS di Jakut,” tukasnya.*(SR)