JAKARTA – Meningkatnya epidemi HIV-AIDS di Indonesia memerlukan upaya penanggulangan yang komprehensif, salah satunya adalah unsur pengobatan yaitu “Antiretroviral (ARV)”.
Antiretroviral (ARV) merupakan kebutuhan mutlak suksesnya pengobatan HIV-AIDS dan ketersediaan serta kemudahan akses ARV menjadi unsur penting.
Sedangkan Pre-exposure prophylaxis (PrEP) adalah sebuah strategi baru pencegahan HIV yang terbukti efektif di mana orang yang HIV-negatif dapat menggunakan obat anti-HIV (ARV) untuk mengurangi risiko terinfeksi jika suatu saat terpapar virus HIV.
Bahkan PrEP juga sebagai perangkat tambahan dalam paket metode pencegahan HIV yang dapat menjadi satu alternatif bagi orang-orang yang berisiko.
Guna menindak lanjuti hal tersebut, maka Yayasan Pesona Jakarta melalui program CSS-HR melakukan kegiatan pertemuan koordinasi untuk membangun sistem keberlangsungan ketersediaan logistik (ARV-TB dan Commodity Service Delivery and Distribution Mechanism) di tingkat distrik.
Adapun, pertemuan koordinasi berlangsung di lantai 4 Aula Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading Elok Blok HF7, Jl. Raya Pelepah Indah, RT.4/RW.7, Kelapa Gading Barat, Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Kemudian kegiatan tersebut tampak dihadiri Suwito (Vito) selaku Advokasi Officer Yayasan Pesona Jakarta, Dede Ajit Paralegal Yayasan Pesona Jakarta, Yuli Risciani CBMFO, Dedy perwakilan Sudinkes Jakarta Utara, perwakilan RSUD Koja, perwakilan RSPI Sulianti Saroso, perwakilan Puskesmas se-Kecamatan Jakarta Utara, perwakilan yayasan se-Jakarta Utara, Forum LSM Jakarta Utara, dan KPA Jakarta Utara.
Yuli Risciani selaku CBMFO Yayasan Pesona Jakarta menyampaikan bahwa tujuan digelarnya pertemuan koordinasi tersebut memang menjadi keinginan Yayasan Pesona Jakarta untuk melibatkan banyak komunitas, organisasi masyarakat sipil, pemerintah, hingga NGO dalam melakukan pengendalian dan pencegahan penyakit menular HIV-AIDS.
Hal tersebut, Yuli katakan, lantaran di Indonesia khususnya Jakarta Utara ini beririsan dengan HIV-AIDS, maka pada pertemuan itu pun kami meminta saran dan masukan kepada para undangan terkait dengan beberapa Issue yang dialami oleh penerima manfaat.
“Sehingga, kedepannya sebagai upaya pemenuhan kebutuhan bagi komunitas yang mana memerlukan ketersediaan logistik program seperti kondom, lubrican, jarum suntik, dan swab termasuk ketersediaan ARV di layanan,” ujar Yuli sapaan akrabnya kepada wartawan, Jumat (18/11/2022) pagi.
Kendati demikian, Suwito yang kerap disapa Vito menyampaikan soal tujuan diadakannya kegiatan ini guna membangun mekanisme komunikasi dan mengidentifikasi untuk pemenuhan ketersediaan logistik, termasuk ketersediaan hingga kemudahan akses ARV di layanan menjadi unsur penting.
“Secara teorinya, tujuan pembangunan masyarakat akan berhasil jika ditopang dengan peran serta masyarakat mulai dari program perencanaan, pelaksanaan kegiatan, monitoring, dan evaluasi serta pemeliharaan hasil pembangunan yang benar-benar melibatkan masyarakat umumnya. Alasan logisnya, karena merekalah yang paling tahu akan permasalahan dan kebutuhan akan penyelesaiannya,” ungkap Vito dilokasi.
Vito pun mengharapkan yang pertama agar terbangunnya mekanisme dan mengidentifikasi untuk pemenuhan ketersediaan logistik dalam program HIV dan TB guna memperlancar program pencegahan penanggulangan HIV dan TB di tingkat wilayah Jakarta Utara.
Kedua, adanya mekanisme komunikasi antara penerima manfaat dengan layanan untuk ketersediaan logistic ARV, Non ARV, dan PreP pada tingkat distrik.
Sementara itu, Dedy perwakilan Sudinkes Jakarta Utara menanggapi terkait stok ARV itu masih aman untuk 5 bulan kedepannya.
“Jika stok untuk ARV ini masih aman dalam 5 bulan kedepan. Sehingga tidak perlu khawatir dan akan ada informasi kembali di setiap semesternya untuk kelanjutan informasi tentang ARV terbaru,” imbuh Dedy.
Perlu diketahui, Dinas Kesehatan DKI Jakarta meluncurkan gerakan “Jakarta Memanggil” untuk mewujudkan Jakarta bebas HIV-AIDS di tahun 2030. Jakarta Memanggil merupakan sebuah gamifikasi yang bertujuan mengajak seluruh petugas kesehatan, terutama petugas puskesmas dan klinik untuk melakukan aksi-aksi percepatan penanggulangan HIV-AIDS yang terencana dan terpadu.
Melalui inisiatif Fast-Track mengajak semua kota-kota besar di dunia untuk mencapai tujuan 95-95-95 yaitu 95 persen ODHIV mengetahui status HIV-nya, 95 persen mereka yang didiagnosis positif HIV mendapatkan dan tetap dalam pengobatan ARV, dan 95 persen mereka yang berobat mencapai supresi viral load sebagai tanda pengobatannya berhasil. “Inisiatif Fast-Track” ini juga sejalan dengan inisiatif akselerasi nasional pengobatan HIV dari Kementerian Kesehatan RI.*(Za/SR)